4.(Ekumenisme)
Sekarang ini, atas dorongan rahmat Roh Kudus, di cukup banyak daerah
berlangsunglah banyak usaha berupa doa, pewartaan dan kegiatan, untuk menuju
ke arah kepenuhan kesatuan yang dikehendaki oleh Yesus Kristus. Maka Konsili
suci mengundang segenap umat katolik, untuk mengenali tanda-tanda zaman, dan
secara aktif berperanserta dalam kegiatan ekumenis.
Yang dimaksudkan dengan ?Gerakan Ekumenis? ialah: kegiatan-kegiatan dan
usaha-usaha, yang ? menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai
situasi ? diadakan dan ditujukan untuk mendukung kesatuan umat kristen;
misalnya: pertama, semua daya-upaya untuk menghindari kata-kata,
penilaian-penilaian serta tindakan-tindakan, yang ditinjau dari sudut
keadilan dan kebenaran tidak cocok dengan situasi saudara-saudari yang
terpisah, dan karena itu mempersukar hubungan-hubungan dengan mereka;
kemudian, dalam pertemuan-pertemuan umat kristen dari berbagai Gereja atau
Jemaat, yang diselenggarakan dalam suasana religius, ?dialog? antara para
pakar yang kaya informasi, yang memberi ruang kepada masing-masing peserta
untuk secara lebih mendalam menguraikan ajaran persekutuannya, dan dengan
jelas menyajikan corak-cirinya. Sebab melalui dialog itu semua peserta
memperoleh pengertian yang lebih cermat tentang ajaran dan perihidup kedua
persekutuan, serta penghargaan yang lebih sesuai dengan kenyataan. Begitu
pula persekutuan-persekutuan itu menggalang kerja sama yang lebih luas
lingkupnya dalam aneka usaha demi kesejahteraan umum menurut tuntutan setiap
suara hati kristen; dan bila mungkin mereka bertemu dalam doa sehati sejiwa.
Akhirnya mereka semua mengadakan pemeriksaan batin tentang kesetiaan mereka
terhadap kehendak Kristus mengenai Gereja, dan sebagaimana harusnya
menjalankan dengan tekun usaha pembaharuan dan perombakan.
Bila itu semua oleh umat katolik dilaksanakan dengan bijaksana dan sabar
dibawah pengawasan para gembala, akan membantu terwujudnya nilai-nilai
keadilan dan kebenaran, kerukunan dan kerja sama, semangat persaudaraan dan
persatuan. Semoga dengan demikian lambat-laun teratasilah hambatan-hambatan,
yang menghalang-halangi persekutuan gerejawi yang sempurna, dan semua orang
kristen dalam satu perayaan Ekaristi dihimpun membentuk kesatuan Gereja yang
satu dan tunggal. Kesatuan itulah yang sejak semula dianugerahkan oleh
kristus kepada Gereja-Nya. Kita percaya, bahwa kesatuan itu tetap lestari
terdapat dalam Gereja katolik, dan berharap, agar kesatuan itu dari hari ke
hari bertambah erat sampai kepenuhan zaman.
Jelaslah bahwa karya menyiapkan dan mendamaikan para anggota perorangan, yang
ingin memasuki persekutuan sepenuhnya dengan Gereja katolik, menurut
hakekatnya terbedakan dari usaha ekumenis. Tetapi juga tidak bertentangan;
sebab keduanya berasal dari penyelenggaraan Allah yang mengagumkan.
Dalam kegiatan Ekumenis hendaknya umat katolik tanpa ragu-raga menunjukkan
perhatian sepenuhnya terhadap saudara-saudari yang terpisah, dengan mendoakan
mereka, dengan bertukar pandangan tentang hal-ihwal Gereja dengan mereka,
dengan mengambil langkah-langkah pendekatan pertama terhadap mereka. Akan
tetapi umat katolik sendiri pertama-tama wajib mempertimbangkan dengan jujur
dan penuh perhatian segala sesuatu, yang dalam keluarga katolik sendiri perlu
diperbaharui dan dilaksanakan, supaya perihidupnya memberi kesaksian yang
lebih setia dan lebih jelas tentang ajaran dan segala sesuatu yang ditetapkan
oleh Kristus serta diwariskan melalui para Rasul.
Sebab sungguhpun Gereja katolik diperkaya dengan segala kebenaran yang
diwahyukan oleh Allah dan dengan semua upaya rahmat, para anggotanya tidak
menghayatinya penuh semangat sebagaimana mestinya. Oleh karena itulah wajah
Gereja kurang terang bersinar bagi saudara-saudari yang tercerai dari kita
dan bagi seluruh dunia, dan pertumbuhan Kerajaan Allah mengalami hambatan.
Maka dari itu segenap umat katolik wajib menuju kesempurnaan kristen[ ], dan
menurut situasi masing-masing mengusahakan, supaya Gereja, seraya membawa
kerendahan hati dan kematian Yesus dalam tubuhnya[ ], dari hari ke hari makin
dibersihkan dan diperbaharui, sampai Kristus menempatkannya dihadapan Dirinya
penuh kemuliaan, tanpa cacat atau kerut[ ].
Semoga dengan memelihara kesatuan dalam apa yang sungguh perlu semua anggota
Gereja, sesuai dengan tugas-kewajiban masing-masing, dalam aneka bentuk hidup
rohani dan tertib gerejawi , maupun dalam kemacam-ragaman tata-upacara
Liturgi, bahkan juga dalam mengembangkan refleksi teologis tentang kebenaran
yang diwahyukan, tetap memupuk kebebasan yang sewajarnya. Tetapi dalam
segalanya hendaklah mereka memelihara cinta kasih. Sebab dengan bertindak
demikian mereka akan makin penuh menampilkan ciri katolik dan sekaligus
apostolik Gereja dalam arti yang sesungguhnya.
Dilain pihak perlulah umat katolik dengan gembira mengakui dan menghargai
nilai-nilai sungguh kristen, yang bersumber pada pusaka warisan bersama, dan
terdapat pada saudara-saudari yang tercerai dari kita. Sungguh layaklah dan
mengantar kepada keselamtan, mengakui kekayaan Kristus serta kuasa-Nya yang
berkaya dalam kehidupan orang-orang lain, yang memberi kesaksian akan
Kristus, ada kalanya hingga menumpahkan darah. Sebab Allah senantiasa
mengagumkan dan layak dikagumi dalam karya-karya-Nya.
Jangan pula dilupakan, bahwa apa saja yang dilaksanakan oleh rahmat Roh Kudus
diantara saudara-saudari yang terpisah, dapat juga membantu kita membangun
diri. Apa pun yang sungguh bersifat kristen, tidak pernah berlawanan dengan
nilai-nilai iman yang sejati. Bahkan selalu dapat membantu untuk mencapai
secara lebih sempurna misteri Kristus dan Gereja sendiri.
Akan tetapi bagi Gereja perpecahan umat kristen merupakan halangan untuk
mewujudkan secara nyata kepenuhan ciri katoliknya dalam diri
putera-puterinya, yang berkat Bptis memang ditambahkan padanya, tetapi masih
tercerai dari kepenuhan persekutuan dengannya. Bahkan bagi Gereja sendiri pun
menjadi lebih sukar untuk dalam kenyataan hidupnya mengungkapkan kepenuhan
sifat katoliknya dalam segala seginya.
Inilah yang penuh kegembiraan disaksikan oleh Konsili : bahwa peran serta
umat katolik dalam gerakan ekumenis makin intensif. Konsili menganjurkan
kepada para Uskup dimanapun juga, supaya gerakan itu mendukung mereka secara
intensif, dan mereka bimbing dengan bijaksana.
5.BAB DUA
PELAKSANAAN EKUMENISME
(Ekumenisme : tanggung jawab segenap umat beriman)
Keprihatinan untuk memulihkan kesatuan melibatkan segenap Gereja, baik umat
Beriman, maupun para Gembala dan siapa pun juga seturut kemampuannya, dalam
hidup kristen sehari-hari, pun dalam penelitian-penelitian teologis dan
historis. Secara tertentu usaha-usaha itu sudah menampakkan hubungan yang
sudah terjalin antara semua orang kristen, dan mengantar menuju kesatuan yang
penuh-purna, menurut kemurahan hati benevolentia Allah.
|
(Pembaharuan Gereja)
Semua pembaharuan Gereja[ ] pada hakekatnya terletak pada berkembangnya kesetiaan
terhadap panggilannya. Maka jelaslah sudah, bahwa pembaharuan itulah
sebabnya, mengapa gerakan ekumenis menuju kesatuan. Selama ziarahnya Gereja
dipanggil oleh Kristus untuk terus-menerus merombak dirinya, seperti memang
selamanya dibutuhkan olehnya sebagai suatu lembaga manusiawi dan duniawi.
Oleh karena itu bila, menilik situasi zaman, baik di bidang moral, dalam
tata-tertib gerejawi, maupun dalam cara merumuskan ajaran, - dan itu harus
dibedakan dengan cermat dari perbendaharaan iman sendiri, - ada hal-hal
yang telah dilestarikan secara kurang seksama, hendaknya itu pada suatu
saat yang baik dipulihkan secara tepat sebagaimana harusnya.
Maka pembaharuan itu mendapat makna ekumenis yang istimewa. Aneka bentuk
kehidupan Gereja, yang sudah mengalami pembaharuan ? misalnya : gerakan
Kitab suci dan Liturgi, pewrtaan sabda Allah dan katekese, kerasulan awam,
bentuk-bentuk baru hidup religius, spiritualitas perkawinan, ajaran serta
kegiatan gereja di bidang sosial, - dapat dipandang sebagai jaminan dan pertanda,
yang meramalakan, bahwa di masa mendatang ekumenisme akan berkembang dengan
baik.
|
|
|
7.
(Pertobatan hati)
Tidak ada ekumenisme sejati tanpa pertobatan batin. Sebab dari pembaharuan
hati[ ], dari ingkar diri dan dari kelimpahan cinta kasih yang sungguh
ikhlaslah kerinduan akan kesatuan timbul dan makin menjadi masak. Maka
hendaklah dari Roh ilahi kita mohon rahmat penyangkalan diri yang tulus,
kerendahan hati dan sikap lemah lembut dalam memberi pelayanan, begitu pula
kemurahan hati dalam persaudaraan terhadap sesama. ?Kunasehatkan kepada
kalian?, demikianlah Rasul para bangsa berpesan, ?aku yang dipenjarakan
dalam Tuhan, supaya menempuh cara hidup yang pantas meurut panggilan
kalian. Hendaklah selalu bersikap rendah hati dan lemah-lembut. Hendaklah kalian
dengan sabar saling membantu dalam cinta kasih., dan sungguh berusaha
memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai? (Ef 4:1-3). Dorongan itu terutama ditujukan kepada mereka, yang telah
ditahbiskan dengan maksud, agar tetap berlangsunglah perutusan Kristus,
?yang datang tidak untuk dilayani, melainkan untuk melayani? (Mat 20:28).
Pada kesalahan-kesalahan melawan kesatuan dapat diterapkan pula kesaksian-
S. Yohanes: ?Sekiranya kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, kita
menjadikan Dia pendusta, dan sabda-Nya tidak tinggal dihati kita? (1Yoh 1:10). Maka dalam doa penuh kerendahan hati kita
memohon pengampunan dari Allah dan saudara-saudari yang terpisah, seperti
kita pun mengampuni mereka yang bersalah terhadap kita.
Hendaklah segenap kaum beriman menyadari, bahwa mereka makin pesat
memajukan persatuan umat kristen, bahkan makin baik melaksanakannya,
semakin mereka berusaha menhayati hidup jernih menurut Injil. Sebab semakin
erat mereka bersatu dalam persekutuan dengan Bapa, Sang Sabda dan roh
Kudus, semakin mampu jugalah mereka untuk meningkatkan persaudaraan
timbal-balik, dengan cara yang lebih mesra dan lebih mudah.
|
|
8.
(Doa bersama)
Pertobatan hati dan kesucian hidup itu, disertai doa-doa permohonan
perorangan maupun bersama untuk kesatuan umat kristen, harus dipandang sebagai
jiwa seluruh gerakan ekumenis, dan memang tepat juga disebut ekumenisme
rohani.
Sebab bagi umat katolik merupakan kebiasaan baik sekali : sering berkumpul
untuk mendoakan kesatuan Gereja, seperti oleh Sang Penyelamat sendiri pada
malam menjelang wafat-Nya telah dimohon secara mendesak dari Bapa : ?Supaya
bersatulah mereka semua? (Yoh 17:21).
Dalam berbagai situasi yang istimewa, misalnya bila dipanjatkan doa
permohonan ?untuk kesatuan?, begitu pula dalam pertemuan-pertemuan
ekumenis, umat katolik diperkenankan, bahkan dianjurkan, untuk bergabung
dalam doa bersama dengan saudara-saudari yang terpisah. Pastilah doa-doa
bersama seperti itu merupakan upaya yang sangat efektif untuk memperoleh
rahmat kesatuan, serta merta menjadi lambang otentik ikatan-ikatan, yang
masih ada antara umat katolik dan saudara-saudari terpisah : ?Sebab dimana
pun ada dua atau tiga yang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku berada di
tengah mereka? (Mat 18:20).
Akan tetapi kebersamaan merayakan Sakramen-Sakramen (Comunicatio in sacris)
janganlah dianggap sebagai upaya yang boleh digunakan secara acak-acakan
untuk memulihkan kesatuan umat kristen. Kebersamaan dalam perayaan itu
terutama tergantung dari dua prinsip, yakni : mengungkapkan kesatuan
gereja, dan mengikutsertakan pihak lain dalam upaya-upaya rahmat. Ditinjau
dari sudut mengungkapkan kesatuan, kebanyakan kebersamaan itu dilarang.
Rahmat yang dapat diperoleh kadang-kadang menganjurkannya. Hendaklah
mengenai cara bertindak konkrit, sambil mengindahkan segala situasi masa,
tempat dan pribadi-pribadi, keputusan diambil dengan bijaksana oleh
kewibawaan Uskup setempat, kecuali bila ditetapkan lain oleh konferensi
Uskup menurut Anggaran Dasarnya, atau oleh Takhta suci.
|
|
9.
(Saling mengenal sebagai saudara)
Semangat saudara-saudari yang terpisah perlu dimengerti. Untuk itu perlu
sekalilah studi, yang harus ditempuh dengan menjunjung tinggi kebenaran dan
dengan hati terbuka. Umat katolik hendaknya disiapkan sebagaimana mestinya,
dan perlu meningkatkan pengertiannya tentang ajaran dan sejarah, hidup
rohani dan peribadatan, psikologi agama dan kebudayaan, yang khas
menyangkut saudara-saudari yang terpisah. Untuk mencapai semuanya itu
pertemuan-pertemuan akan banyak membantu kedua pihak, terutama untuk
membahas soal-soalteologis. Disitu mereka berdialog sebagai peserta yang
sederajat. Suatu syarat ialah, bahwa mereka yang ikut serta dibawah
pengawasan para Uskup, memang sungguh kompeten. Dari dialog semacam itu
akan nampak lebih jelas pula, bagaimanakah sesungguhnya posisi Gereja
katolik. Dengan demikian akan diketahui lebih baik pula pemikiran
saudara-saudari yang terpisah, dan mereka akan mendapat penjelasan yang
lebih baik tentang iman kita.
|
|
10.
(Pembinaan ekumenis)
Pendidikan teologi dan vak-vak lainnya, terutama sejarah, harus diberikan
juga dalam perspektif ekumenis, supaya lebih cermat mengungkapkan
kebenaran.
Sebab bagi para calon gembaladan imam penting sekali mendalami teologi yang
dikembangkan dengan seksama secara demikian, bukan lagi secara polemis,
terutama dalam hal-hal yang menyangkut yang menyangkut hubungan-hubungan
saudara-saudari yang terpisah dengan Gereja katolik.
Sebab dari pembinaan para imam tergantunglah terutama pendidikan dan
pembinaan rohani yang amat dibutuhkan oleh umat beriman dan para para
religius.
Juga para misionaris katolik yang berkarya di daerah-daerah yang sama
seperti orang-orang kristen lainnya sekarang ini terutama harus mengetahui
masalah-persoalan serta hasil-hasil, yang diperbuahkan oleh ekumenisme
dalam kerasulan mereka.
|
|
(Cara mengungkapkan dan menguraikan ajaran
iman)
Metode serta cara mengungkapkan iman katolik jangan sampai menghambat
dialog dengan saudara-saudari kita. Memang seharusnyalah ajaran seutuhnya
diuraikan dengan jelas. Tiada sesuatupun yang begitu asing bagi ekumenisme
seperti irenisme (sikap ?suka damai?) palsu, yang merugikan bagi kemurnian
ajaran katolik, serta mengaburkan artinya yang otentik dan pasti.
Iman katolik hendaknya diuraikan secara lebih mendalam sekaligus lebih
cermat, dengan cara dan bahasa yang sungguh dapat difahami juga oleh
saudara-sudari yang terpisah.
Kecuali itu dalam dialog ekumenis para teolog katolik harus stia sepenuhnya
terhadap ajaran Gereja, dan dalam usaha mereka bersama dengan
saudara-saudari yang terpisah untuk semakin menyelami misteri-misteri
ilahi, harus melangkah maju dengan cinta akan kebenaran, kasih-sayang dan
kerendahan hati. Dalam membandingkan ajaran-ajaran hendaknya mereka sadari
adanya tata-urutan atau ?hirarki? kebenaran-kebenaran ajaran katolik,
karena berbeda-bedalah hubungannya dengan dasar iman kristen. Dengan
demikian akan terbukalah jalan, yang mendorong semua mitra dialog untuk
berlomba-lomba secar persaudaraan, menuju pengertian yang makin mendalam
tentang kekayaan Kristus yang tidak terduga dalamnya[ ], serta
penampilannya yang makin gemilang.
|
|
|
12.
(Kerja sama dengan saudara-saudari yang
terpisah)
Hendaklah segenap umat kristen dihadapan segala bangsa menyatakan iman
mereka akan Allah Tritunggal, akan Putera Allah yang menjelma, Penebus dan
Tuhan kita. Hendaknya mereka melalui usaha-usaha bersama yang ditandai
sikap saling menghargai memberi kesaksian tentang harapan kita, yang tidak
akan sia-sia. Zaman sekarang ini sangat meluaslah kerja sama di bidang
sosial. Memanglah semua orang tanpa terkecuali dipanggil utuk menggalang
kerja sama itu, terutama mereka yang beriman akan Allah, pertama-tama semua
orang kristen karena ditandai oleh nama Kristus. Kerja sama antara semua
orang kristen secara cemerlang mengungkapkan persatuan yang sudah ada
antara mereka, dan lebih jelas menampilkan wajah Kristus Sang Hamba. Kerja
sama itu, yang sudah dimulai dibanyak negara, hendaknya makin dipererat,
terutama di daerah-daerah, yang tengah mengalami perkembangan sosial dan
teknologi, dalam usaha menghargai sepantasnya martabat pribadi manusia,
dalam memajukan perdamaian, dalam menerapkan Injil pada situasi
kemasyarakatan, dalam mengembangkan ilmu-pengetahuan maupun kesenian dalam
suasana kristen, dalam menggunakan segala macam usaha untuk menanggulangi
penderitaan-penderitaan zaman sekarang, misalnya : kelaparan dan
bencana-bencana, buta aksara dan kemelaratan, kekurangan akan perumahan,
dan pembagian harta benda yang tidak adil. Berkat kerja sama itu semua
orang yang beriman akan Kristus dengan mudah dapat belajar, sebagaimana
orang0orang dapat lebih saling mengenal dan saling menghargai, dan
bagaimana dibukalah jalan menuju kesatuan umat kristen.
|
|
|
13.
BAB TIGA
GEREJA-GEREJA DAN JEMAAT-JEMAAT GEREJAWI
YANG TERPISAH DARI TAKHTA APOSTOLIK DI ROMA
Perhatian kita arahkan kepada dua golongan perpecahan utama, yang menimpa
jubah Kristus yang tidak berjahit, hanya satu tenunan saja.
Perpecahan pertama terjadi di Timur, akibat perdebatan tentang
perumusan-perumusan dogmatis Konsili Efesus dan Khalkedon, dan kemudian
akibat perpecahan persekutuan gerejawi antara Patriarkat-Patriarkat Timur
dan Takhta Roma.
Perpecahan lainnya, sesudah lebih dari empat abad, timbul di Barat akibat
peristiwa-peristiwa, yang secara keseluruhan disebut ?Reformasi?. Sejak itu
banyak persekutuan, yang bersifat nasional maupun konfesional (menyangkut
ikrar iman), terceraikan dari Takhta di Roma. Diantara persekutuan-persekutuan,
yang tetap melestarikan sebagian tradisi-tradisi maupun struktur-struktur
katolik, yang mempunyai posisi istimewa ialah Persekutuan aglikan.
Adapun pelbagai kelompok yang terpisah itu banyak berbeda satu dengan
lainnya, bukan hanya berdasarkan asal-usul, tempat ataupun zamannya,
melainkan pertama-tama karena hakekat maupun bobot masalah-persoalan, yang
menyangkut iman dan struktur gerejawi.
Oleh karena itu Konsili ini tidak menganggap remeh situasi pelbagai
golongan kristen yang serba aneka itu. Kendati adanya perpecahan itu,
Konsili tidak pula mengabaikan hubungan-hubungan antar golongan yang masih
ada. Konsili menetapkan untuk menyajikan pertimbangan-pertimbangan berikut,
untuk dengan bijaksana menjalankan kegiatan-kegiatan ekumenis.
|
|
|
14.
I. TINJAUAN KHUSUS
TENTANG GEREJA-GEREJA TIMUR
14.(Semangat dan sejarah Gereja-Gereja Timur)
Sudah berabad-abad lamanya Gereja-Gereja Timur dan Barat menempuh
perjalanan masing-masing, namun tetap berhubungan karena persekutuan
persaudaraan dalam iman dan kehidupan sakramental. Sementara itu
berdasarkan persetujuan Takhta di Roma ikut memainkan peranan, bila antara
Gereja-Gereja itu timbul sengketa tentang iman dan tata-tertib. Konsili
suci ? diantara hal-hal lain yang penting sekali ? berkenan mengingatkan
kepada segenap umat beriman, bahwa di Timur banyaklah Gereja-Gereja khusus
atau setempat yang berkembang dengan subur. Diantaranya yang terpenting
ialah Gereja-Gereja patriarkal. Cukup banyak diantaranya membanggakan para
Rasul sendiri sebagai asal-usulnya. Maka dari itu di kalangan Gereja-Gereja
Timur telah dan masih tetap diutamakan usaha yang istimewa untuk
melestarikan hubungan ?hubungan kekerabatan dalam persekutuan iman dan
cinta kasih, yang harus tetap terjalin antara Gereja-Gereja setempat,
bagaikan antra saudari.
Jangan pula dilupakan, bahwa Gereja-Gereja Timur sejak awal mula mengemban
harta-kekayaan, yang cukup banyak unsur-unsurnya di bidang Liturgi, dalam
tradisi rohani maupun perihal tata-hukum tersalurkan ke dalam gereja Barat.
Janganlah kurang dihargai pula, bahwa dogma-dogma fundamental iman
kristiani tentang Tritunggal dan Sabda Allah yang menjelma dari Perawan
Maria telah resmi ditetapkan dalam Konsili-Konsili ekumenis yang
diselenggarakan di Timur. Untuk mempertahankan iman itu Gereja-Gereja Timur
telah dan tetap masih masih menanggung banyak penderitaan.
Pusaka iman yang diwariskan oleh para rasul telah diterima dalam aneka
bentuk dan dengan berbagai cara. Kemudian sejak awal mula Gereja warisan
itu di pelbagai tempat telah diuraikan dengan aneka cara sesuai pula dengan
majemuknya keunggulan akal budi dan kenyataan-kenyataan hidup. Itu semua,
disamping faktor-faktor lahiriah, juga karena kurangnya saling pengertian
dan saling cinta kasih, telah membuka pintu bagi perpecahan-perpecahan.
Oleh karena itu Konsili suci mendorong siapa saja, tetapi terutama mereka,
yang bermaksud memperjuangkan pemulihan persekutuan sepenuhnya yang
diinginkan antara Gereja-Gereja Timur dan Gereja katolik, supaya mereka
memberi perhatian yang sewajarnya kepada situasi istimewa Gereja-Gereja
Timur yang telah muncul dan berkembang, begitu pula pada corak dan
hubungan-hubungan, yang semula, sebelum perpecahan, ada antara
Gereja-Gereja itu dan Takhta di Roma, pun juga supaya mereka dengan seksama
membentuk penilaian mereka tentang itu semua. Bila semuanya itu dipatuhi
dengan cermat, akan sangat membantu untuk menjalin dialog yang dimaksudkan.
|
|
|
15.
(Tradisi Liturgi dan
hidup rohani dalam Gereja-Gereja Timur)
Semua orang mengetahui juga, betapa umat kristen Gereja-Gereja Timur sepenuh
hati melaksanakan Liturgi suci, terutama peryaan Ekaristi, sumber kehidupan
Gereja dan jaminan kemuliaan di masa yang akan datang. Perayaan itu bagi
umat beriman dalam persatuan dengan Uskup membuka jalan untuk menghadap
Allah Bapa dengan perantaraan Putera, Sabda yang menjelma, menderita
sengsara dan dimuliakan, dalam pencurahan Roh Kudus, dan memasuki
persekutuan dengan Tritunggal Mahakudus, ?ikutserta menghayati kodrat
ilahi? (2Ptr 1:4). Maka melalui perayaan Ekaristi Tuhan di masing-masing
Gereja itu, Gereja Allah di bangun dan berkembang[ ], dan persekutuan
Gereja-Gereja itu ditampakkan melalui konselebrasi.
Dalam ibadat Liturgi itu umat Gereja-Gereja Timur dengan kidung-kidung yang
amat indah mengagungkan Santa Maria selalu Perawan, yang oleh Konsili
ekumenis Efesus secara resmi dimaklumkan sebagai Bunda Allah yang suci,
supaya Kristus sungguh-sungguh dan dalam arti yang sejati diakui sebagai
Putera Allahdan Putera manusia menurut Kitab suci. Umat Gereja-Gereja Timur
juga menghormati dan memuji banyak orang kudus, diantara mereka para Bapa
Gereja semesta.
Sungguhpun terpisah, Gereja-Gereja Timur mempunyai Sakramen-Sakramen yang
sejati, terutama berdasarkan pergantian apostolik, Imamat dan Ekaristi.
Melalui Sakramen-Sakramen itu mereka masih berhubungan erat sekali dengan
kita. Maka dari itu suatu kebersamaan dalam perayaan Sakramen-Sakramen,
bila situasi memang menguntungkan dan dengan persetujuan Pimpinan gerejawi,
bukan hanya mungkin, melainkan juga dianjurkan.
Di Timur terdapat kekayaan tradisi-tradisi rohani, yang terutama terungkap
dalam perihidup para rahib. Sebab disitu sejak zaman kekayaan para Bapa
kudus berkembanglah spiritualitas monastik, yang kemudian menjalar ke
kawasan Gereja barat. Spiritualitas itulah yang menjadi sumber bagi lembaga
hidup religius dalam Gereja Latin, dan kemudian memberinya daya-kekuatan
baru. Maka dari itu sangat dianjurkan, supaya umat katolik lebih sering
menikmati kekayaan rohani para Bapa Gereja Timur, yang mengangkat manusia
seutuhnya untuk merenungkan misteri ilahi.
Hendaknya semua menyadari betapa sangat pentinglah mengenal, menghormati,
melestarikan dan mendukung pusaka-warisan Liturgi dan hidup rohani
Gereja-Gereja Timur yang kaya sekali, untuk dengan setia melindungi
kepenuhan tradisi kristen, dan untuk mewujudkan pendamaian umat kristen
gereja-Gereja Timur dan Barat.
|
|
(Tata-tertib khas Gereja-Gereja Timur)
Selain itu sudah sejak awal mula Gereja-Gereja Timur mematuhi tata-tertib
mereka sendiri, yang telah dikukuhkan oleh para Bapa kudus dan
Sinode-Sinode, juga yang bersifat ekumenis. Adanya kemacam-ragaman
adat-istiadat serta kebiasaan-kebiasaan, seperti sudah dikemukakan, sama
sekali tidak menghalang-halangi kesatuan Gereja, bahkan menambah
seri-semaraknya dan tidak sedikit membantu pelaksanaan perutusannya. Maka
untuk menghilangkan segala keragu-raguan, Konsili menyatakan, bahwa
Gereja-gereja timur ? seraya tetap menyadari pentingnya kesatuan Gereja
semesta ? dapat mengatur peri hidup mereka dengan leluasa seturut
tata-tertib mereka sendiri, karena lebih sesuai dengan sifat perangai umat
mereka, dan lebih memadai untuk memelihara kesejahteraan umat. Sempurnanya
pelaksanaan asas tradisional itu, yang tidak selalu tercapai, termasuk
prasyarat yang sungguh perlu dipenuhi untuk memulihkan kesatuan.
|
|
17.
(Ciri khas Gereja-gereja Timur berkenaan
dengan soal-soal ajaran)
Apa yang telah di uraikan tentang keanekaragaman yang sewajarnya, Konsili
berkenan menyatakan juga tentang pelbagai perumusan teologis ajaran-ajaran.
Sebab, untuk mendalami kebenaran yang diwahyukan, di Timur dan di Barat
telah ditempuh bermacam-macam metode dan upaya untuk mengenal misteri ilahi
dan merumuskan iman akannya. Maka tidak mengherankan, bahwa berbagai aspek
misteri yang diwahyukan ada kalanya lebih seksama ditangkap dan lebih jelas
diungkapkan oleh pihak tertentu dari pada oleh pihak lain, sehingga
pelbagai perumusan teologis tidak jarang lebih tepat dipandang saling
melengkapi dari pada saling bertentangan. Mengenai tradisi-tradisi teologis
Gereja-gereja Timur yang otentik, harus diakui bahwa tradisi-tradisi itu
memang berakar secara mantap dalam Kitab suci, diteguhkan dan diungkapakan
oleh kehidupan liturgis, diperkaya oleh tradisi apostolik yang hidup maupun
karya tulis para bapa gereja Timur serta para penulis hidup rohani.
Tradisi-tradisi itu mengantar umat kepada pola hidup yang baik, bahkan juga
kepada kontemplasi kebenaran kristen sepenuhnya.
Konsili melambungkan syukur kepada Allah, bahwa banyak putera-puteri Gereja
katolik dari ritus Timur, yang melestarikan pusaka-warisan itu dan ingin
menghayatinya secara lebih murni dan lebih utuh, sudah hidup dalam
persekutuan penuh dengan saudara-saudari yang termasuk tradisi barat.
Konsili menyatakan, bahwa seluruh pusaka-warisan di bidang hidup rohani dan
liturgi, tata-tertib gerejawi dan teologi, beserta bermacam-ragam
tradisi-tradisinya, termasuk kepenuhan katolisitas dan apostolitas Gereja.
|
|
18.
(penutup)
Menyadari semuanya itu sepenuhnya, Konsili suci ini membaharui apa yang
pernah dinyatakan oleh Konsili-Konsili di masa lampau dan oleh para Paus,
yakni : untuk memulihkan dan melestarikan persekutuan serta kesatuan
perlulah tidak menaruh beban lebih berat dari yang memang sungguh
diperlukan? (Kis 15:28). Konsili meminta dengan sangat pula, supaya selanjutnya semua
usaha ditujukan untuk setapak demi setapak mencapai kesatuan itu, di
pelbagai unsur kelembagaan serta bentuk-bentuk kehidupan Gereja, terutama
dalam doa dan dialog persaudaraan tentang ajaran-ajaran maupun
kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendesak akan reksa pastoral pada zaman
sekarang. Begitu pula Konsili menganjurkan kepada para Gembala serta umat
Gereja katolik untuk menjalin hubungan-hubungan dengan mereka, yang tidak
hidup di Timur lagi, melainkan merantau jauh dari tanah air. Maksudnya
supaya makin meningkatlah kerja sama persaudaraan dengan mereka itu dalam
semangat cinta kasih, dengan menyisihkan segala segala keinginan untuk
bersaing. Kalau usaha itu digiatkan sepenuh hati, Konsili suci menharapkan,
supaya robohlah dinding pemisah antara Gereja Barat dan Gereja Timur, pada
akhirnya terwujudlah kediaman satu-satunya, dibangun atas Batu Penjuru,
yakni Kristus Yesus, yang akan menyatukan kedua pihak[ ].
|
|
19.
II. GEREJA-GEREJA DAN JEMAAT-JEMAAT GEREJAWI
YANG TEPISAH DI DUNIA BARAT
(Situasi khusus Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat)
Gereja-Gereja dan Jemaat-jemaat gerejawi, yang pada masa krisis parah
sekali, - krisis itu di Barat sudah mulai menjelang akhir Abad pertengahan,
- atau sesudah itu, telah terpisahkan dari Takhta Apostolik di Roma, masih
tetap mempunyai ikatan dengan Gereja katolik karena kekerabatan yang
istimewa serta hubungan-hubungan berkat kehidupan umat kristen dalam satu
persekutuan gerejawi selama abad-abad sebelumnya.
Akan tetapi Gereja-Gereja serta Jemaat-Jemaat gerejawi itukarena beragamnya
asal-usul, ajaran dan hidup rohani tidak sedikit pula berbeda bukan hanya
dari kita, melainkan juga antara mereka sendiri. Maka sukar sekali memberi
gambaran semestinya tentang mereka. Dan itu memang tidak kami maksudkan di
sini.
Sungguhpun gerakan ekumenis dan kerinduan untuk berdamai dengan Gereja
katolik belum dimana-mana merupakan arus yang kuat, kami berharap, supaya
dalam hati segenap umat kristen semangat ekumenis dan sikap saling
menghargai lambat-laun makin berkembang.
Akan tetapi harus diakui, bahwa antara Gereja-Gereja serta Jemaat-Jemaat
itu dan Gereja katolik masih terdapat perbedaan-perbedaan cukup penting,
bukan hanya yang bersifat historis, sosiologis, psikologis dan budaya,
melainkan terutama menyangkut cara menafsirkan kebenaran yang diwahyukan.
Supaya kendati perbedaan-perbedaan itu dialog ekumenis dapat lebih mudah
diadakan, dalam artikel-artikel berikut kami bermaksud mengutarakan apa
yang dapat dan harus merupakan dasar maupun dorongan bagi dialog itu.
|
|
20.
(Iman akan Kristus)
Yang kami maksudkan pertama-tama ialah umat kristen, yang secara terbuka
mengikrarkan iman akan Yesus Kristus sebagai Allah dan Tuhan serta
Pengantara tunggal antara Allah dan manusia, demi kemuliaan Allah yang Esa,
Bapa, Putera dan Roh Kudus. Memang kami menyadari adanya
perbedaan-perbedaan yang cukup berarti dengan ajaran Gereja katolik juga
tentang Kristus Sabda Allah yang menjelma serta karya penebusan-Nya,
kemudian tentang misteri serta pelayanan Gereja, begitu pula tentang
peranan Mariadalam karya penyelamatan. Tetapi kami bergembira menyaksikan
saudara-saudari yang terpisah mengarahkan pandangan kepada Kristus selaku
sumber dan pusat persekutuan gerejawi. Tersentuh oleh kerinduan akan
persatuan dengan Kristus, mereka terdorong untuk semakin mengusahakan kesatuan,
pun juga untuk memberi kesaksian iman mereka ditengah bangsa-bangsa
dimanapun juga.
|
|
(Pendalaman
Kitab Suci)
Cinta serta sikap hormat ? hampir-hampir ibadat bakti ? terhadap Kitab suci
menggerakkan saudara-saudari kita untuk terus menerus dan dengan tekun
mendalami Kitab suci : sebab Injil ?merupakan kekuatan Allah yang
menyelamatkan siapapun yang beriman, pertama orang yahudi, kemudian orang
Yunani? (Rom 1:16).
Sambil menyerukan Roh Kudus, mereka mencari dalam Kitab suci Allah sendiri,
yang bagaikan menyapa mereka dalam Kristus, yang dinubuatkan oleh para
Nabi, Sabda Allah yang menjelma untuk kita. Dalam kitab suci mereka
renungkan hidup Kristus serta apa saja yang diajarkan dan diperbuat oleh
Sang Guru ilahi demi keselamatan manusia, terutama misteri wafat serta
kebangkitan-Nya.
Tetapi, sedangkan umat kristen yang tercerai dari kita mengakui kewibawaan
ilahi Kitab suci, mereka ? dengan cara yang berbeda-beda antara mereka
sendiri ? berpandangan lain dengan kita mengenai hubungan antara Kitab suci
dan Gereja. Sebab menurut iman katolik Wewenang Mengajar yang otentik
berada dalam posisi yang istimewa dalam menguraikan dan mewrtakan Sabda
Allah yang termaktub.
Akan tetapi dalam dialog sendiri sabda Allah merupakan upaya yang luar
biasa dalam tangan Allah yang penuh kuasa untuk mencapai kesatuan, yang
oleh Sang Penyelamat ditawarkan kepada semua orang.
|
|
22.
|
(Hidup
sakramental)
Berkat Sakramen babtis, bilaman pun itu diterimakan dengan semestinya
menurut ketetapan tuhan, dan diterima dengan disposisi batin yang
selayaknya, manusia sungguh disaturagakan dalam Kristus yang disalibkan dan
dimuliakan, serta dilahirkan kembali untuk ikut serta menghayati hidup
ilahi, menurut sabda rasul: ?kalian telah dikuburkan bersama Dia dalam
baptis; dalam Dia pula kalian telah bangkit berkat iman akan karya Allah,
yang telah membangkitkan-Nya dari kematian? (Kol 2:12)[ ].
Maka Baptis merupakan ikatan sakramental kesatuan antara semua orang yang
dilahirkan kembali karenanya. Akan tetapi Baptis sendiri baru merupakan
awal-mula dan titik-tolak, sebab seluruhnya tertujukan untuk memperoleh
kepenuhan hidup dalam Kristus. Oleh karena itu Baptis terarahkan kepada
pengikraran iman yang seutuhnya, kepada integrasi sepenuhnya ke dalam
tata-keselamatan seperti dimaksudkan oleh Kristus sendiri, akhirnya kepada
integrasi seutuhnya ke dalam persekutuan Ekaristi.
Jemaat-jemaat gerejawi yang terpisah dari kita tidak bersatu sepenuhnya
dengan kita berdasarkan Baptis; dan kita percaya bahwa mereka, terutama
karena tidak memiliki Sakramen Tahbisan, sudah kehilangan hakekat misteri
Ekaristi yang otentik dan sepenuhnya. Kendati begitu, bila dalam Perjamuan
Kudus mereka mengenangkan wafat dan kebangkitan Tuhan, mereka mengimani,
bahwa kehidupan terdapat dalam persekutuan dengan Kristus, dan mereka
mendabakan kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan. Oleh karena itu ajaran
tentang Perjamuan Tuhan, Sakramen-Sakramen lainnya, ibadat serta
pelayanan-pelayanan Gereja harus merupakan bahan dialog.
|
|
23.
|
(Kehidupan
dalam Kristus)
Hidup kristen saudara-saudari itu tumbuh berkat iman akan Kristus, dan
berkembang karena rahmat baptis dan dengan mendengarkan Sabda Allah. Hidup
itu nampak dalam doa pribadi, dalam renungan tentang Kitab suci, dalam
kehidupan keluarga kristen, dalam ibadat jemaat yang berhimpun untuk memuji
Allah. Selain itu ibadat mereka acap kali menampilkan dengan jelas
unsur-unsur liturgi kuno yang bersifat umum bagi umat umat kristen.
Iman akan Kristus berbuah dalam pujian dan ucapan syukur atas kurnia-kurnia
yang diterima dari Allah. Kecuali itu terdapat rasa keadilan yang peka dan
cinta ksih yang tulus terhadap sesama. Iman yang mewujud dalam
tindakan-tindakan nyataitu memperbuahkan cukup banyak lembaga juga untuk
meringankan penderitaan rohani maupun jasmani, untuk mengembangkan
pendidikan kaum muda, untuk menjadikan kondisi-kondisi sosial kehidupan
lebih manusiawi, untuk menciptakan perdamaian di mana pun juga.
Meskipun banyak juga diantara umat kristen, yang dibidang moral tidak
selalu memberikan tafsiran yang sama tentang Injil seperti umat katolik,
dan tidak menyetujui cara-cara yang sama untuk memecahkan
persoalan-persoalan masyarakat zaman sekarang yang cukup sulit, tetapi
seperti kita mereka pun hendak berpegang teguh pada sabda Kristus sebagai
sumber keutamaan kristen, serta mematuhi perintah Rasul: “Apa pun yang
kalian lakukan dengan kata-kata maupun perbuatan, itu semua hendaknya
dilakukan demi nama Tuhan Yesus Kristus, seraya bersyukur kepada Allah Bapa
dengan perantaraan-Nya” (Kol 3:17).
Maka dialog ekumenis dapat diawali dengan penerapan Injil di bidang moral.
|
|
24.
|
(Penutup)
Demikianlah, sesudah dengan singkat menjelaskan syarat-syarat untuk
melaksanakan kegiatan ekumenis, begitu pula prinsip-prinsip untuk
mengaturnya, kami penuh percaya mengarahkan pendangan ke masa depan.
Konsili suci ini mengajak umat beriman, untuk menjauhkan diri dari setiap
sikap acak-acakan atau dari semangat yang tidak bijaksana, yang justru
dapat merugikan kemajuan kesatuan yang sesungguhnya. Kegiatan ekumenis
mereka tidak dapat lain kecuali bersifat katolik sepenuhnya dan
setulus-tulusnya, artinya: setia terhadap kebenaran, yang telah kita waris
dari para Rasul dan para Bapa Gereja; begitu pula sesuai dengan iman, yang
senantiasa di ikrarkan oleh Gereja katolik, sekaligus pula menuju
kepenuhan, yang seturut kehendak Tuhan harus semakin terwujudkan pada
Tubuh-Nya di sepanjang masa.
Konsili suci ini sungguh menginginkan, supaya usaha-usaha putera-puteri
Gereja katolik makin mengalami kemajuan terpadu dengan usaha-usaha
saudara-saudai yang terpisah, dan supaya jangan sampai ada hambatan
terhadap jalan Penyelenggaraan ilahi, jangan pula ada prasangka-prasangka
terhadap dorongan-dorongan Roh Kudus di masa mendatang. Kecuali itu Konsili
menyatakan keyakinannya, banyak maksud yang suci untuk mendamaikan segenap
umat kristen menjadi satu dalam Gereja Kristus yang satu dan tunggal
melampaui daya-kekuatan serta bakat-kemampuan manusiawi. Oleh karena itu
konsili menaruh harapan sepenuhnya pada doa Kristus bagi Gereja, pada cinta
kasih Bapa terhadap kita, dan pada kekuatan Roh Kudus. “Harapan tidak
mengecewakan: sebab cinta kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita
berkat Roh Kudus, yang dianugerahkan kepada kita” (Rom 5:5).
Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Dekrit ini,
berkenan kepada para Bapa Konsili suci. Dan kami, atas kuasa Rasul yang
oleh Kristus diserahkan kepada kami, dalam Roh Kudus menyetujui, memutuskan
dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yang terhormat, lagipula
memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkan
dalam Konsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.
Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 21 bulan November tahun 1964.
Saya PAULUS
Uskup Gereja katolik
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar